MODEL PEMBELAJARAN
SASTRA
Oleh:Iis kurniati
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang
Zaman sekarang, pendidikan
merupakan batu pijakan untuk mencapai suatu negara dan bangsa yang berkualitas
baik itu di lihat dari aspek psikomotorik, afektif serta kognitif yang dimiliki
oleh individu dalam suatu kelompok atau masyarakat. Sehingga diperlukan suatu
pendidikan yang mengairahkan dan menarik perhatian suatu individu agar dapat
mengembangkan ketiga aspek tersebut agar tercapainya kualitas dari suatu bangsa
dan negara.
Di Indonesia sendiri, pendidikan
mengalami berbagai macam perubahan yang dapat dilihat dari kurikulum yang
argumentasinya lebih kepada kurikulum tersebut perlu diganti karena tidak
sesuai dengan zaman atau era yang sedang terjadi sehingga diperlukan suatu
pembaharuan. Selain itu, Pendidikan di era-modern di tuntut dengan suatu hal
yang baru, hal ini di karenakan dalam pengajaran suatu pembelajaran di suatu
sekolah secara khusus berbeda-beda tergantung dari materi, media dan metode
yang digunakan. Pengajaran yang konvensional saat ini membuat siswa merasa
jenuh akan proses pembelajaran sehingga diperlukan suatu pembelajaran yang
menarik perhatian siswa.
Melihat kondisi tersebut khususnya pendidikan di indonesia yang
mengalami perubahan serta untuk dapat menarik perhatian siswa khususnya pada
mata pelajaran bahasa indonesia maka diperlukan suatu model yang pas atau
sesuai dengan materi atau topik yang sedang di bahas agar dapat menjadi suatu
konsen bagi siswa di sekolah dasar. Tentu saja peran penting sebagai ujung
tombak yang mengarahkan siswa untuk dapat mencapai pendidikan adalah guru. Guru
diharapkan atau diwajibkan untuk bisa menggunakan model pembelajaran dalam
berbahasa indonesia dan sastra.
Melihat hal ini, maka penulis tertarik untuk
menyusun makalah dengan memperhatikan permasalahan tersebut maka judulnya
makalah ini adalah “ Model-Model Pembelajaran sastra”. Dalam makalah
ini, kami akan mendsekripsikan serta memperhatikan model yang bagaimana yang di
implementasikan yang harus di kuasai oleh guru atau calon-calon perubahan agar
dapat menjadi bekal bagi mereka kedepannya.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan
uraian latar belakang diatas, masalah yang akan dibahas dalam tulisan ini dapat
di rumuskan sebagai berikut:
1.
Apa
pengertian dari model pembelajaran sastra?
2.
Bagaiman
ciri-ciri atau karakteristik model pembelajaran sastra?
3.
Bagaiman
penerapan atau langkah-langkah model pembelajaran sastra?
II.
PEMBAHASAN
Sesuai
dengan rumusan masalah, uraian pembahasan akan difokuskan kepada hakikat(1)
pengertian model pembelajaran sastra (2)
ciri-ciri atau karakteristik model pembelajaran sastra (3) penerapan atau
langkah-langkah model pembelajaran sastra tersebut.
2.1 pengertian model
pembelajaran sastra
Pemahaman model dapat dipahami
dengan berbagai macam pengertian yang bermacam-macam. Secara etimologi, model
berasal dari bahasa italia yakni modello yang dapat diartikan dari berbagai
dimensi, jika dari kata benda maka model diartikan sebagai jenis atau contoh,
sedangkan dari kata sifat dapat dipahami sebagai teladang atau di ambil sebagai
contoh dan yang terakhir dari kata kerja dipahami sebagai membuat dengan
contoh. Dengan kata lain, model secara etimologi yakni sesuatu contoh. Dalam
kamus besar bahasa indoneis (KBBI), model didefinisikan sebagai pola dari
sesuatu yang dibuat atau yang dihasilkan atau barang tiruan. Maka dapat diambil
kesimpulan, jika model dapat dipahami sebagai suatu jenis contoh dari suatu pola
( contoh, acuan, ragam dsb) yang dibuat untuk menghasilkan sesuatu.
Sedangkan Pembelajaran
merupakan suatu rangkaian kegiatan untuk memungkinkan terjadinya proses belajar
yang dirancang, dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar dapat
mencapai tujuan pembelajaran tersebut secara aktif, efektif dan inovatif.
Menurut
Sukmasari Model pembelajaran adalah suatu rencana mengajar yang melibatkan pola
pembelajaran tertentu. Dalam pola tersebut dapat terlihat kegiatan guru, siswa,
sumber belajar yang digunakan di dalam mewujudkan kondisi belajar atau sistem
lingkungan yang menyababkan terjadinya belajar pada siswa.
Menurut Agus Suprijono (2010:46)
Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran dikelas maupun tutorial.
Menurut Arends, model pembelajaran
mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan
pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran,
dan pengelolaan kelas.
Dari berbagai macam pengertian diatas maka
dapat diambil kesimpulan model pembelajaran adalah suatu pola yang dijadikan
pedoman dalam startegi mengajar untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran.
2.2 ciri-ciri
atau karakteristik model pembelajaran sastra
Pembelajaran bahasa Indonesia.
bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbahasa dan bersastra. dan untuk
meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar serta kemampuan memperluas
wawasan. Selain itu, juga diarahkan untuk mempertajam perasaan siswa. Siswa
tidak hanya diharapkan mampu memahami informasi yang disampaikan secara lugas
atau Iangsung, tetapi juga yang disampaikan secara terselubung atau secara
tidak Iangsung. Siswa tidak hanya pandai dalam bernalar, tetapi memiliki
kecakapan di dalam interaksi sosial dan dapat menghargai perbedaan balk di
dalam hubungan antarindividu maupun di dalam kehidupan bermasyarakat, yang
berlatar dengan berbagai budaya dan agama.
Agar
siswa mampu mengarang. pembelajaran bahasa Indonesia haruslah diarahkan untuk
membekali siswa terampil dalam mengarang baik secara lisan menyampaikan
karangannya maupun menulis karangannya
tersebut.. Siswa perlu dilatih untuk memperbanyak kosa katanya tidak hanya
dituntut untuk menguasai pengetahuan tentang sastra. Keberhasilan pencapaian
tujuan pembelajaran ditentukan oleh beberapa faktor. di antaranya: guru. siswa.
media. model dan metode. teknik, suasana belajar. dan teknologi pembelajaran.
Masing-masing unsur saling terkait dan secara bersama-sama akan berkolaborasi
dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Namun. salah satu unsur yang sangat perlu
mendapatkan perhatian adalah kemampuan guru dalam mengadopsi model pembelajaran
khususnya model pembelajaran sastra.
Berdasarkan hal-hal yang telah di
kemukakan di atas guru harus tau apa saja karakteristik maupun cirri-ciri model
pembelajaran sastra. Hal ini bertujuan agar guru bisa mengetahuinya agar proses
pembelajaran berjalan efektif dan inovatif. Ada beberapa ciri-ciri model
pembelajaran sastra secara khusus diantaranya adalah :
1. Rasional
teoritik yang logis yangdisusun oleh para pencipta atau pengembangnya.
2. Landasan
pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar.
3. Tingkah laku
mengajar yang diperlukanagar model tersebut dapat dilaksanakandengan berhasil.
4.
Lingkungan belajar yang duperlukanagar tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
2.3
penerapan dan langkah-langkah model
pembelajaran sastra
Model Pembelajaran Kooperatif (Coorperative learning) menurut
Sofan Amri & Iif
Khoiru Ahmadi, (2010:67) merupakan model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat
kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling
kerjasama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran.
1. STAD (Student Teams Achievement Division),
digunakan untuk mengajarkan secara
verbal dan tertulis yang langkah-langkahnya sebagai berikut:
·
Siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok.
·
Tiap anggota menggunakan lembar kerja
akademik kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya
jawab atau diskusi antar anggota tim.
·
Tiap minggu atau 2 minggu guru mengevaluasi
untuk mengetahui penguasaan materi yang telah diberikan.
·
Tiap siswa dan tiap tim diberi skor atas
penguasaannya terhadap materi, yang meraih prestasi tinggi diberi penghargaan.
2.
Jigsaw, digunakan untuk bertanya atau berpendapat (Aspek Berbicara)
pertama kali dikembangkan oleh Aronsos dkk adapun langkah-langkah
pengembangannya sebagai berikut:
·
Kelas dibagi menjadi beberapa tim/kelompok anggotanya 5-6 yang karakteristiknya heterogen
·
Bahan yang disajikan bentuk teks, tiap
siswa bertanggung jawab mempelajari.
·
Setiap kelompok mempunyai tugas dan
tanggung jawab mengkaji bagiannya. Bila berkumpul disebut kelompok pakar.
·
Para siswa yang ada dalam kelompok pakar
kembali ke kelompok semula untuk mengajar anggota baru mengenai materi yang
dipelajari dalam kelompok pakar.
·
Setelah diadakan pertemuan dan diskusi para
siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang pernah di pelajari.
·
Pemberian skor diberikan / dilakukan
seperti dalam metode STAD. Nilai tertinggi diberi penghargaan oleh guru.
.3.
NHT (Number Heads Together), Pada umumnya
NHT digunakan untuk melibatkan siswa dalam penguatan pemahaman pembelajatan
atau mengecek pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. Implementasi di
kelas pada NHT adalah sebagai berikut:
·
Guru menyampaikan materi pembelajaran atau
permasalahan kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang akan di capai.
·
Guru memberikan kuis secara individual
kepada siswa untuk mendapatkan skor dasar atau skor awal
·
Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok,
setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa, setiap kelompok diberi nama atau nomor
·
Guru mengajukan permasalahan untuk
dipecahkan bersama dalam kelompok
·
Guru mengecek pemahaman siswa dengan
menyebut salah satu kelompok untuk menjawab
·
Guru memfasilitasi, mengarahkan dan
memberikan penegasan akhir pembelajaran
·
Guru memberikan tes individu
2. Model Pembelajaran
Kontekstual
a. Pembelajaran
Kontekstual
Pembelajaran
Kontekstual adalah konsep pembelajaran yang mendorong guru untuk menghubungkan
antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Dan juga mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya
dalam kehidupan mereka sehari-hari.
b.
Komponen Model Pembelajaran Kontekstual
1. Konstrukvisme
·
Membangun pemahaman mereka sendiri dari
pengalaman baru berdasarkan pada pengetahuan awal.
·
Pembelajaran harus dikemas menjadi proses
“mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan
2.
Inquiry
·
Siswa belajar berpikir kritis
·
Proses pemindahan dari pengamatan menjadi
pemahaman
3.
Questioning
(Bertanya)
·
Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing
dan menilai kemampuan berpikir siswa.
·
Bagi siswa yang merupakan bagian penting
dalam pembelajaran yang berbasis inquiry
4.
Learning
Community (Masyarakat Belajar)
·
Sekelompok or ang yang terikat dalam
kegiatan belajar.
·
Bekerjasama dengan orang lain lebih baik
daripada belajar sendiri.
·
Tukar pengalaman.
·
Berbagi ide
5. Modeling (Pemodelan)
Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar.
Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar.
6. Reflection ( Refleksi)
Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok
Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok
c.
Aplikasi di kelas dalam model pembelajaran kontekstual
1. Memilih tema
Menentukan konsep-konsep yang dipelajari
2. Menentukan kegiatan –kegiatan untuk investigasi konsep-konsep terdaftar
3. Menentukan mata pelajaran terkait(dalam bentuk diagram)
4. Mereviu kegiatan-kegiatan & mata pelajaran yang terkait
5. Menentukan urutan kegiatan
6. Menyiapkan tindak lanjut
3.
Model Pembelajaran Kuantum
a. Pembelajaran
Kuantum
Proses
pembelajaran quantum teaching intinya pembelajaran yang menyenangkan, kreatif
tidak membosankan. Kalau semua itu tidak tercapai, guru harus ganti strategi
dengan menggunakan multi media, sehingga membuat pembelajaran lebih efektif,
proses belajar saat ini boleh dikatakan aktif, partisipatif, konstruktif,
komunikatif dan berorientasi pada tujuan.
b.
Komponen Model Pembelajaran Kuantum (Bermakna)
Pembelajaran quantum
merupakan ramuan atau rakitan dari berbagai teori atau pandangan psikologi kognitif
dan pemrograman neorologi yang jauh sebelumnya sudah ada dikaitkan dengan
penemuan empiris sehingga terjadi keseimbangan antara otak kiri dan otak kanan
yang pada dasarnya anak itu mempunyai kecerdasan ganda.
4.
Model Pembelajaran Tematik
a.
Pembelajaran Tematik
Menurut Siskandar, bagi
guru SD kelas rendah (kelas I, II, dan III) yang peserta didiknya masih berperilaku dan berpikir konkret, pembelajaran sebaiknya dirancang
secara terpadu dengan menggunakan tema sebagai pemersatu kegiatan.
5. Model Pembelajaran PAIKEM
a.
Pembelajaran
PAIKEM
PAIKEM adalah
singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus
menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya,
mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan.
Pembelajaran
inovatif bisa mengadaptasi dari model pembelajaran yang menyenangkan. Learning
is fun merupakan kunci yang diterapkan dalam pembelajaran inovatif. Jika siswa
sudah menanamkan hal ini di pikirannya tidak akan ada lagi siswa yang pasif di
kelas, perasaan tertekan dengan tenggat waktu tugas, kemungkinan kegagalan,
keterbatasan pilihan, dan tentu saja rasa bosan.
metode pembelajaran inovatif sendiri bisa
dilakukan dengan cara diantaranya mengakomodir setiap karakteristik diri.
Artinya mengukur daya kemampuan serap ilmu masing-masing orang. Contohnya saja
sebagian orang ada yang berkemampuan dalam menyerap ilmu dengan menggunakan
visual atau mengandalkan kemampuan penglihatan, auditory atau kemampuan
mendengar, dan kinestetik. Dan hal tersebut harus disesuaikan pula dengan upaya
penyeimbangan fungsi otak kiri dan otak kanan yang akan mengakibatkan proses
renovasi mental, diantaranya membangun rasa percaya diri siswa.
b. Penerapan
·
Meminta semua siswa mengamati gambar Keluarga Adi Yang
terdiri dari ayah, ibu, asih dan adi. Guru menceritakan makna gambar,
dilanjutkan dengan bertanya jawab tentang nama masing-masing siswa,
·
Guru membacakan teks tentang “keluargaku” dan semua siswa
menirukan cara membaca dengan lafal yang tepat
·
Menugaskan beberapa siswa untuk membilang dan mengurutkan
keluarga (dalam gambar) dan secara fisik mana yng paling besar, kemudian
diurutkan dari yang paling kecil ke yang paling besar
·
Dilanjutkan dengan bertanya jawab tentang nama-nama guru dan
siswa (ada yang namanya terdiri dari hanya satu kata, ada yang namanya terdiri
dari dua kata)
·
Menugaskan semua siswa untuk menyebutkan data
dirinya (nama, kelas, sekolah dan tempat tinggal) dengan kalimat
sederhana.
6. Pembelajaran Kolaborative
a. Pembelajaran kolaboratif dapat
didefinisikan sebagai filsafat pembelajaran yang memudahkan para siswa
bekerjasama, saling membina, belajar dan berubah bersama, serta maju bersama
pula. Inilah filsafat yang dibutuhkan dunia global saat ini. Bila orang-orang
yang berbeda dapat belajar untuk bekerjasama di dalam kelas, di kemudian hari
mereka lebih dapat diharapkan untuk menjadi warganegara yang lebih baik bagi
bangsa dan negaranya, bahkan bagi seluruh dunia. Akan lebih mudah bagi mereka
untuk berinteraksi secara positif dengan orang-orang yang berbeda pola
pikirnya, bukan hanya dalam skala lokal, melainkan juga dalam skala nasional
bahkan mondial.
b.
Macam Pembelajaran Kolaboratif
Ada banyak macam
pembelajaran kolaboratif yang pernah dikembangkan oleh para ahli maupun
praktisi pendidikan, teristimewa oleh para ahli Student Team Learning pada John
Hopkins University. Tetapi hanya sekitar sepuluh macam yang mendapatkan
perhatian secara luas, yaitu:
1. Learning Together. Dalam metode ini kelompok-kelompok sekelas
beranggotakan siswa-siswa yang beragam kemampuannya. Tiap kelompok bekerjasama
untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Satu kelompok hanya
menerima dan mengerjakan satu set lembar tugas. Penilaian didasarkan pada hasil
kerja kelompok.
2. Teams-Games-Tournament (TGT). Setelah belajar bersama
kelompoknya sendiri, para anggota suatu kelompok akan berlomba dengan anggota
kelompok lain sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing. Penilaian
didasarkan pada jumlah nilai yang diperoleh kelompok.
3. Group Investigation (GI). Semua anggota kelompok dituntut
untuk merencanakan suatu penelitian beserta perencanaan pemecahan masalah yang
dihadapi. Kelompok menentukan apa saja yang akan dikerjakan dan siapa saja yang
akan melaksanakannya berikut bagaimana perencanaan penyajiannya di depan forum
kelas. Penilaian didasarkan pada proses dan hasil kerja kelompok.
4.. Academic-Constructive
Controversy (AC). Setiap anggota kelompok dituntut kemampuannya untuk
berada dalam situasi konflik intelektual yang dikembangkan berdasarkan hasil
belajar masing-masing, baik bersama anggota sekelompok maupun dengan anggota
kelompok lain. Kegiatan pembelajaran ini mengutamakan pencapaian dan
pengembangan kualitas pemecahan masalah, pemikiran kritis, pertimbangan,
hubungan antarpribadi, kesehatan psikis dan keselarasan. Penilaian didasarkan
pada kemampuan setiap anggota maupun kelompok mempertahankan posisi yang
dipilihnya.
5. Jigsaw Proscedure (JP). Dalam bentuk pembelajaran
ini, anggota suatu kelompok diberi tugas yang berbeda-beda tentang suatu pokok
bahasan. Agar setiap anggota dapat memahami keseluruhan pokok bahasan, tes
diberikan dengan materi yang menyeluruh. Penilaian didasarkan pada rata-rata
skor tes kelompok.
6. Student
Team Achievement Divisions (STAD). Para siswa dalam suatu kelas dibagi
menjadi beberapa kelompok kecil. Anggota-anggota dalam setiap kelompok saling
belajar dan membelajarkan sesamanya. Fokusnya adalah keberhasilan seorang akan
berpengaruh terhadap keberhasilan kelompok dan demikian pula keberhasilan
kelompok akan berpengaruh terhadap keberhasilan individu siswa. Penilaian
didasarkan pada pencapaian hasil belajar individual maupun kelompok.
7. Complex Instruction (CI). Metode pembelajaran ini menekankan
pelaksanaan suatu proyek yang berorientasi pada penemuan, khususnya dalam
bidang sains, matematika dan pengetahuan sosial. Fokusnya adalah
menumbuhkembangkan ketertarikan semua anggota kelompok terhadap pokok bahasan.
Metode ini umumnya digunakan dalam pembelajaran yang bersifat bilingual (menggunakan
dua bahasa) dan di antara para siswa yang sangat heterogen. Penilaian
didasarkan pada proses dan hasil kerja kelompok
8.
Team Accelerated
Instruction (TAI). Bentuk pembelajaran ini merupakan kombinasi antara
pembelajaran kooperatif/ kolaboratif dengan pembelajaran individual. Secara
bertahap, setiap anggota kelompok diberi soal-soal yang harus mereka kerjakan
sendiri terlebih dulu. Setelah itu dilaksanakan penilaian bersama-sama dalam
kelompok. Jika soal tahap pertama telah diselesaikan dengan benar, setiap siswa
mengerjakan soal-soal tahap berikutnya. Namun jika seorang siswa belum dapat
menyelesaikan soal tahap pertama dengan benar, ia harus menyelesaikan soal lain
pada tahap yang sama. Setiap tahapan soal disusun berdasarkan tingkat kesukaran
soal. Penilaian didasarkan pada hasil belajar individual maupun kelompok.
9. Cooperative Learning Stuctures (CLS). Dalam pembelajaran ini setiap
kelompok dibentuk dengan anggota dua siswa (berpasangan). Seorang siswa
bertindak sebagai tutor dan yang lain menjadi tutee. Tutor mengajukan
pertanyaan yang harus dijawab oleh tutee. Bila jawaban tutee benar,
ia memperoleh poin atau skor yang telah ditetapkan terlebih dulu. Dalam selang
waktu yang juga telah ditetapkan sebelumnya, kedua siswa yang saling
berpasangan itu berganti peran.
10. Cooperative Integrated Reading
and Composition (CIRC). Model pembelajaran ini mirip dengan TAI. Sesuai namanya,
model pembelajaran ini menekankan pembelajaran membaca, menulis dan tata
bahasa. Dalam pembelajaran ini, para siswa saling menilai kemampuan membaca,
menulis dan tata bahasa, baik secara tertulis maupun lisan di dalam
kelompoknya.
III. PENUTUP
Dalam kamus besar bahasa indoneis
(KBBI), model didefinisikan sebagai pola dari sesuatu yang dibuat atau yang
dihasilkan atau barang tiruan. Maka dapat diambil kesimpulan, jika model dapat
dipahami sebagai suatu jenis contoh dari suatu pola ( contoh, acuan, ragam dsb)
yang dibuat untuk menghasilkan sesuatu.
Sedangkan Pembelajaran
merupakan suatu rangkaian kegiatan untuk memungkinkan terjadinya proses belajar
yang dirancang, dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar dapat
mencapai tujuan pembelajaran tersebut secara aktif, efektif dan inovatif.
kesimpulan
model pembelajaran adalah suatu pola yang dijadikan pedoman dalam startegi
mengajar untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Arina. 2012. Potret Model
Sebenarnya (Online). Tersedia: http://shout.indonesianyouthconference.org/article/arina/2191-potret-model-sebenarnya/
Yusti.
2012. Model Pembelajaran Kooperatif (Online). Tersedia: http://yusti-arini.blogspot.com/2009/08/model-pembelajaran-kooperatif.html
Padiya.
2012. Model Pembelajaran Kontekstual (Online). Tersedia: http://model-pembelajaran.blogspot.com/2008/08/model-pembelajaran-kontekstual.html
Pensb.
2012. Pembelajaan Kuantum (Online). Tersedia: http://pensa-sb.info/pembelajaran-kuantum-sebagai-model-pembelajaran-yang-menyenangkan/
Hilda.
2012. Pembelajaran Tematik di Indonesia (Online). Tersedia: http://hildakarliuninus.blogspot.com/2012/01/pembelajaran-tematik-di-indonesia.html
Tarmizi.
2012. Pembelajaran Model PAIKEM (Online). Tersedia: http://tarmizi.wordpress.com/2008/11/11/pembelajaran-aktif-inovatif-kreatif-efektif-dan-menyenangkan/.html
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar