Rabu, 31 Agustus 2016

model pembelajaran sastra



MODEL PEMBELAJARAN SASTRA
Oleh:Iis kurniati
I.        PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang
               Zaman sekarang, pendidikan merupakan batu pijakan untuk mencapai suatu negara dan bangsa yang berkualitas baik itu di lihat dari aspek psikomotorik, afektif serta kognitif yang dimiliki oleh individu dalam suatu kelompok atau masyarakat. Sehingga diperlukan suatu pendidikan yang mengairahkan dan menarik perhatian suatu individu agar dapat mengembangkan ketiga aspek tersebut agar tercapainya kualitas dari suatu bangsa dan negara.
              Di Indonesia sendiri, pendidikan mengalami berbagai macam perubahan yang dapat dilihat dari kurikulum yang argumentasinya lebih kepada kurikulum tersebut perlu diganti karena tidak sesuai dengan zaman atau era yang sedang terjadi sehingga diperlukan suatu pembaharuan. Selain itu, Pendidikan di era-modern di tuntut dengan suatu hal yang baru, hal ini di karenakan dalam pengajaran suatu pembelajaran di suatu sekolah secara khusus berbeda-beda tergantung dari materi, media dan metode yang digunakan. Pengajaran yang konvensional saat ini membuat siswa merasa jenuh akan proses pembelajaran sehingga diperlukan suatu pembelajaran yang menarik perhatian siswa.
                        Melihat kondisi tersebut khususnya pendidikan di indonesia yang mengalami perubahan serta untuk dapat menarik perhatian siswa khususnya pada mata pelajaran bahasa indonesia maka diperlukan suatu model yang pas atau sesuai dengan materi atau topik yang sedang di bahas agar dapat menjadi suatu konsen bagi siswa di sekolah dasar. Tentu saja peran penting sebagai ujung tombak yang mengarahkan siswa untuk dapat mencapai pendidikan adalah guru. Guru diharapkan atau diwajibkan untuk bisa menggunakan model pembelajaran dalam berbahasa indonesia dan sastra.
          Melihat hal ini, maka penulis tertarik untuk menyusun makalah dengan memperhatikan permasalahan tersebut maka judulnya makalah ini adalah “ Model-Model Pembelajaran sastra”. Dalam makalah ini, kami akan mendsekripsikan serta memperhatikan model yang bagaimana yang di implementasikan yang harus di kuasai oleh guru atau calon-calon perubahan agar dapat menjadi bekal bagi mereka kedepannya.

1.2  Rumusan masalah
      Berdasarkan uraian latar belakang diatas, masalah yang akan dibahas dalam tulisan ini dapat di rumuskan sebagai berikut:
1.      Apa pengertian dari model pembelajaran sastra?
2.      Bagaiman ciri-ciri atau karakteristik model pembelajaran sastra?
3.      Bagaiman penerapan atau langkah-langkah model pembelajaran sastra?

II.   PEMBAHASAN
            Sesuai dengan rumusan masalah, uraian pembahasan akan difokuskan kepada hakikat(1) pengertian model pembelajaran sastra  (2) ciri-ciri atau karakteristik model pembelajaran sastra (3) penerapan atau langkah-langkah model pembelajaran sastra tersebut.
              2.1  pengertian model pembelajaran sastra 
            Pemahaman model dapat dipahami dengan berbagai macam pengertian yang bermacam-macam. Secara etimologi, model berasal dari bahasa italia yakni modello yang dapat diartikan dari berbagai dimensi, jika dari kata benda maka model diartikan sebagai jenis atau contoh, sedangkan dari kata sifat dapat dipahami sebagai teladang atau di ambil sebagai contoh dan yang terakhir dari kata kerja dipahami sebagai membuat dengan contoh. Dengan kata lain, model secara etimologi yakni sesuatu contoh. Dalam kamus besar bahasa indoneis (KBBI), model didefinisikan sebagai pola dari sesuatu yang dibuat atau yang dihasilkan atau barang tiruan. Maka dapat diambil kesimpulan, jika model dapat dipahami sebagai suatu jenis contoh dari suatu pola ( contoh, acuan, ragam dsb) yang dibuat untuk menghasilkan sesuatu.
Sedangkan Pembelajaran merupakan suatu rangkaian kegiatan untuk memungkinkan terjadinya proses belajar yang dirancang, dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar dapat mencapai tujuan pembelajaran tersebut secara aktif, efektif dan inovatif.       
 Menurut Sukmasari Model pembelajaran adalah suatu rencana mengajar yang melibatkan pola pembelajaran tertentu. Dalam pola tersebut dapat terlihat kegiatan guru, siswa, sumber belajar yang digunakan di dalam mewujudkan kondisi belajar atau sistem lingkungan yang menyababkan terjadinya belajar pada siswa.
Menurut Agus Suprijono (2010:46) Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas maupun tutorial.
Menurut Arends, model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.
Dari berbagai macam pengertian diatas maka dapat diambil kesimpulan model pembelajaran adalah suatu pola yang dijadikan pedoman dalam startegi mengajar untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran.

            2.2  ciri-ciri atau karakteristik model pembelajaran sastra
                        Pembelajaran bahasa Indonesia. bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbahasa dan bersastra. dan untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Selain itu, juga diarahkan untuk mempertajam perasaan siswa. Siswa tidak hanya diharapkan mampu memahami informasi yang disampaikan secara lugas atau Iangsung, tetapi juga yang disampaikan secara terselubung atau secara tidak Iangsung. Siswa tidak hanya pandai dalam bernalar, tetapi memiliki kecakapan di dalam interaksi sosial dan dapat menghargai perbedaan balk di dalam hubungan antarindividu maupun di dalam kehidupan bermasyarakat, yang berlatar dengan berbagai budaya dan agama.
                        Agar siswa mampu mengarang. pembelajaran bahasa Indonesia haruslah diarahkan untuk membekali siswa terampil dalam mengarang baik secara lisan menyampaikan karangannya  maupun menulis karangannya tersebut.. Siswa perlu dilatih untuk memperbanyak kosa katanya tidak hanya dituntut untuk menguasai pengetahuan tentang sastra. Keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran ditentukan oleh beberapa faktor. di antaranya: guru. siswa. media. model dan metode. teknik, suasana belajar. dan teknologi pembelajaran. Masing-masing unsur saling terkait dan secara bersama-sama akan berkolaborasi dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Namun. salah satu unsur yang sangat perlu mendapatkan perhatian adalah kemampuan guru dalam mengadopsi model pembelajaran khususnya  model pembelajaran sastra.
            Berdasarkan hal-hal yang telah di kemukakan di atas guru harus tau apa saja karakteristik maupun cirri-ciri model pembelajaran sastra. Hal ini bertujuan agar guru bisa mengetahuinya agar proses pembelajaran berjalan efektif dan inovatif. Ada beberapa  ciri-ciri model pembelajaran sastra secara khusus diantaranya adalah :
1.      Rasional teoritik yang logis yangdisusun oleh para pencipta atau          pengembangnya.
2.      Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar.
3.      Tingkah laku mengajar yang diperlukanagar model tersebut dapat dilaksanakandengan berhasil.
4.      Lingkungan belajar yang duperlukanagar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

2.3  penerapan dan langkah-langkah model pembelajaran sastra

1.      Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
        Model Pembelajaran Kooperatif (Coorperative learning) menurut Sofan Amri & Iif Khoiru Ahmadi, (2010:67) merupakan model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling kerjasama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran.
        .                                              Teknik Pembelajaran Kooperatif Berdasarkan Komponen dan Penerapannya
1.     STAD (Student Teams Achievement Division), digunakan untuk mengajarkan   secara verbal dan tertulis yang langkah-langkahnya sebagai berikut:
·         Siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok.
·         Tiap anggota menggunakan lembar kerja akademik kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar anggota tim.
·         Tiap minggu atau 2 minggu guru mengevaluasi untuk mengetahui penguasaan materi yang telah diberikan.
·         Tiap siswa dan tiap tim diberi skor atas penguasaannya terhadap materi, yang meraih prestasi tinggi diberi penghargaan.

   2.        Jigsaw, digunakan untuk bertanya atau berpendapat (Aspek Berbicara) pertama kali dikembangkan oleh Aronsos dkk adapun langkah-langkah pengembangannya sebagai berikut:
·         Kelas dibagi menjadi beberapa tim/kelompok anggotanya 5-6 yang karakteristiknya heterogen
·         Bahan yang disajikan bentuk teks, tiap siswa bertanggung jawab mempelajari.
·         Setiap kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab mengkaji bagiannya. Bila berkumpul disebut kelompok pakar.
·         Para siswa yang ada dalam kelompok pakar kembali ke kelompok semula untuk mengajar anggota baru mengenai materi yang dipelajari dalam kelompok pakar.
·         Setelah diadakan pertemuan dan diskusi para siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang pernah di pelajari.
·         Pemberian skor diberikan / dilakukan seperti dalam metode STAD. Nilai tertinggi diberi penghargaan oleh guru.

                        .3.  NHT (Number Heads Together), Pada umumnya NHT digunakan untuk melibatkan siswa dalam penguatan pemahaman pembelajatan atau mengecek pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. Implementasi di kelas pada NHT adalah sebagai berikut:
·         Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang akan di capai.
·         Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan skor dasar atau skor awal
·         Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa, setiap kelompok diberi nama atau nomor
·         Guru mengajukan permasalahan untuk dipecahkan bersama dalam kelompok
·         Guru mengecek pemahaman siswa dengan menyebut salah satu kelompok untuk menjawab
·         Guru memfasilitasi, mengarahkan dan memberikan penegasan akhir pembelajaran
·         Guru memberikan tes individu
               2.      Model Pembelajaran Kontekstual
                        a.      Pembelajaran Kontekstual
            Pembelajaran Kontekstual adalah konsep pembelajaran yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Dan juga mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
                       b.        Komponen Model Pembelajaran Kontekstual
                       1.      Konstrukvisme
·         Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasarkan pada pengetahuan awal.
·         Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan
                       2.      Inquiry
·                        Siswa belajar berpikir kritis
·                        Proses pemindahan dari pengamatan menjadi pemahaman
                      3.      Questioning (Bertanya)
·         Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa. 
·         Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry 
                     4.      Learning Community (Masyarakat Belajar)
·         Sekelompok or ang yang terikat dalam kegiatan belajar. 
·         Bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri. 
·         Tukar pengalaman. 
·         Berbagi ide 
5.      Modeling (Pemodelan) 
        Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar. 
                   6.      Reflection ( Refleksi) 
                  Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok
                    c.        Aplikasi di kelas dalam model pembelajaran kontekstual
1.      Memilih tema
Menentukan konsep-konsep yang dipelajari
2.      Menentukan kegiatan –kegiatan untuk investigasi konsep-konsep terdaftar
3.      Menentukan mata pelajaran terkait(dalam bentuk diagram)
4.      Mereviu kegiatan-kegiatan & mata pelajaran yang terkait
5.      Menentukan urutan kegiatan
6.      Menyiapkan tindak lanjut

            3.        Model Pembelajaran Kuantum
                   a.     Pembelajaran Kuantum
           Proses pembelajaran quantum teaching intinya pembelajaran yang menyenangkan, kreatif tidak membosankan. Kalau semua itu tidak tercapai, guru harus ganti strategi dengan menggunakan multi media, sehingga membuat pembelajaran lebih efektif, proses belajar saat ini boleh dikatakan aktif, partisipatif, konstruktif, komunikatif dan berorientasi pada tujuan.
                  b.        Komponen Model Pembelajaran Kuantum (Bermakna)
  Pembelajaran quantum merupakan ramuan atau rakitan dari berbagai teori atau pandangan psikologi kognitif dan pemrograman neorologi yang jauh sebelumnya sudah ada dikaitkan dengan penemuan empiris sehingga terjadi keseimbangan antara otak kiri dan otak kanan yang pada dasarnya anak itu mempunyai kecerdasan ganda.
          4.         Model Pembelajaran Tematik
                  a.         Pembelajaran Tematik
                    Menurut Siskandar, bagi guru SD kelas rendah (kelas I, II, dan III) yang peserta  didiknya masih berperilaku dan berpikir konkret, pembelajaran sebaiknya dirancang secara terpadu dengan menggunakan tema sebagai pemersatu kegiatan.
        5.      Model Pembelajaran PAIKEM
                 a.         Pembelajaran PAIKEM
              PAIKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan.
             Pembelajaran inovatif bisa mengadaptasi dari model pembelajaran yang menyenangkan. Learning is fun merupakan kunci yang diterapkan dalam pembelajaran inovatif. Jika siswa sudah menanamkan hal ini di pikirannya tidak akan ada lagi siswa yang pasif di kelas, perasaan tertekan dengan tenggat waktu tugas, kemungkinan kegagalan, keterbatasan pilihan, dan tentu saja rasa bosan.
             metode pembelajaran inovatif sendiri bisa dilakukan dengan cara diantaranya mengakomodir setiap karakteristik diri. Artinya mengukur daya kemampuan serap ilmu masing-masing orang. Contohnya saja sebagian orang ada yang berkemampuan dalam menyerap ilmu dengan menggunakan visual atau mengandalkan kemampuan penglihatan, auditory atau kemampuan mendengar, dan kinestetik. Dan hal tersebut harus disesuaikan pula dengan upaya penyeimbangan fungsi otak kiri dan otak kanan yang akan mengakibatkan proses renovasi mental, diantaranya membangun rasa percaya diri siswa.
                  b. Penerapan
·         Meminta semua siswa mengamati gambar Keluarga Adi Yang terdiri dari ayah, ibu, asih dan adi. Guru menceritakan makna gambar, dilanjutkan dengan bertanya jawab tentang nama masing-masing siswa,
·         Guru membacakan teks tentang “keluargaku” dan semua siswa menirukan cara membaca dengan lafal yang tepat
·         Menugaskan beberapa siswa untuk membilang dan mengurutkan keluarga (dalam gambar) dan secara fisik mana yng paling besar, kemudian diurutkan dari yang paling kecil ke yang paling besar
·         Dilanjutkan dengan bertanya jawab tentang nama-nama guru dan siswa (ada yang namanya terdiri dari hanya satu kata, ada yang namanya terdiri dari dua kata)
·         Menugaskan semua siswa untuk menyebutkan data dirinya (nama, kelas, sekolah dan tempat tinggal) dengan kalimat sederhana.

           6. Pembelajaran Kolaborative
 a. Pembelajaran kolaboratif dapat didefinisikan sebagai filsafat pembelajaran yang memudahkan para siswa bekerjasama, saling membina, belajar dan berubah bersama, serta maju bersama pula. Inilah filsafat yang dibutuhkan dunia global saat ini. Bila orang-orang yang berbeda dapat belajar untuk bekerjasama di dalam kelas, di kemudian hari mereka lebih dapat diharapkan untuk menjadi warganegara yang lebih baik bagi bangsa dan negaranya, bahkan bagi seluruh dunia. Akan lebih mudah bagi mereka untuk berinteraksi secara positif dengan orang-orang yang berbeda pola pikirnya, bukan hanya dalam skala lokal, melainkan juga dalam skala nasional bahkan mondial.
           b.        Macam Pembelajaran Kolaboratif
 Ada banyak macam pembelajaran kolaboratif yang pernah dikembangkan oleh para ahli maupun praktisi pendidikan, teristimewa oleh para ahli Student Team Learning pada John Hopkins University. Tetapi hanya sekitar sepuluh macam yang mendapatkan perhatian secara luas, yaitu:
    1. Learning Together. Dalam metode ini kelompok-kelompok sekelas beranggotakan siswa-siswa yang beragam kemampuannya. Tiap kelompok bekerjasama untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Satu kelompok hanya menerima dan mengerjakan satu set lembar tugas. Penilaian didasarkan pada hasil kerja kelompok.
      2. Teams-Games-Tournament (TGT). Setelah belajar bersama kelompoknya sendiri, para anggota suatu kelompok akan berlomba dengan anggota kelompok lain sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing. Penilaian didasarkan pada jumlah nilai yang diperoleh kelompok.
               3.     Group Investigation (GI). Semua anggota kelompok dituntut untuk merencanakan suatu penelitian beserta perencanaan pemecahan masalah yang dihadapi. Kelompok menentukan apa saja yang akan dikerjakan dan siapa saja yang akan melaksanakannya berikut bagaimana perencanaan penyajiannya di depan forum kelas. Penilaian didasarkan pada proses dan hasil kerja kelompok.
       4.. Academic-Constructive Controversy (AC). Setiap anggota kelompok dituntut kemampuannya untuk berada dalam situasi konflik intelektual yang dikembangkan berdasarkan hasil belajar masing-masing, baik bersama anggota sekelompok maupun dengan anggota kelompok lain. Kegiatan pembelajaran ini mengutamakan pencapaian dan pengembangan kualitas pemecahan masalah, pemikiran kritis, pertimbangan, hubungan antarpribadi, kesehatan psikis dan keselarasan. Penilaian didasarkan pada kemampuan setiap anggota maupun kelompok mempertahankan posisi yang dipilihnya.
5. Jigsaw Proscedure (JP). Dalam bentuk pembelajaran ini, anggota suatu kelompok diberi tugas yang berbeda-beda tentang suatu pokok bahasan. Agar setiap anggota dapat memahami keseluruhan pokok bahasan, tes diberikan dengan materi yang menyeluruh. Penilaian didasarkan pada rata-rata skor tes kelompok.
              6. Student Team Achievement Divisions (STAD). Para siswa dalam suatu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil. Anggota-anggota dalam setiap kelompok saling belajar dan membelajarkan sesamanya. Fokusnya adalah keberhasilan seorang akan berpengaruh terhadap keberhasilan kelompok dan demikian pula keberhasilan kelompok akan berpengaruh terhadap keberhasilan individu siswa. Penilaian didasarkan pada pencapaian hasil belajar individual maupun kelompok.
 7.   Complex Instruction (CI). Metode pembelajaran ini menekankan pelaksanaan suatu proyek yang berorientasi pada penemuan, khususnya dalam bidang sains, matematika dan pengetahuan sosial. Fokusnya adalah menumbuhkembangkan ketertarikan semua anggota kelompok terhadap pokok bahasan. Metode ini umumnya digunakan dalam pembelajaran yang bersifat bilingual (menggunakan dua bahasa) dan di antara para siswa yang sangat heterogen. Penilaian didasarkan pada proses dan hasil kerja kelompok
8.        Team Accelerated Instruction (TAI). Bentuk pembelajaran ini merupakan kombinasi antara pembelajaran kooperatif/ kolaboratif dengan pembelajaran individual. Secara bertahap, setiap anggota kelompok diberi soal-soal yang harus mereka kerjakan sendiri terlebih dulu. Setelah itu dilaksanakan penilaian bersama-sama dalam kelompok. Jika soal tahap pertama telah diselesaikan dengan benar, setiap siswa mengerjakan soal-soal tahap berikutnya. Namun jika seorang siswa belum dapat menyelesaikan soal tahap pertama dengan benar, ia harus menyelesaikan soal lain pada tahap yang sama. Setiap tahapan soal disusun berdasarkan tingkat kesukaran soal. Penilaian didasarkan pada hasil belajar individual maupun kelompok.
  9. Cooperative Learning Stuctures (CLS). Dalam pembelajaran ini setiap kelompok dibentuk dengan anggota dua siswa (berpasangan). Seorang siswa bertindak sebagai tutor dan yang lain menjadi tuteeTutor mengajukan pertanyaan yang harus dijawab oleh tutee. Bila jawaban tutee benar, ia memperoleh poin atau skor yang telah ditetapkan terlebih dulu. Dalam selang waktu yang juga telah ditetapkan sebelumnya, kedua siswa yang saling berpasangan itu berganti peran.
        10. Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC). Model pembelajaran ini mirip dengan TAI. Sesuai namanya, model pembelajaran ini menekankan pembelajaran membaca, menulis dan tata bahasa. Dalam pembelajaran ini, para siswa saling menilai kemampuan membaca, menulis dan tata bahasa, baik secara tertulis maupun lisan di dalam kelompoknya.




III. PENUTUP
          Dalam kamus besar bahasa indoneis (KBBI), model didefinisikan sebagai pola dari sesuatu yang dibuat atau yang dihasilkan atau barang tiruan. Maka dapat diambil kesimpulan, jika model dapat dipahami sebagai suatu jenis contoh dari suatu pola ( contoh, acuan, ragam dsb) yang dibuat untuk menghasilkan sesuatu.
Sedangkan Pembelajaran merupakan suatu rangkaian kegiatan untuk memungkinkan terjadinya proses belajar yang dirancang, dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar dapat mencapai tujuan pembelajaran tersebut secara aktif, efektif dan inovatif.                   
            kesimpulan model pembelajaran adalah suatu pola yang dijadikan pedoman dalam startegi mengajar untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran.






















                  DAFTAR PUSTAKA

Arina. 2012. Potret Model Sebenarnya (Online). Tersedia:   http://shout.indonesianyouthconference.org/article/arina/2191-potret-model-sebenarnya/

Yusti. 2012. Model Pembelajaran Kooperatif (Online). Tersedia: http://yusti-arini.blogspot.com/2009/08/model-pembelajaran-kooperatif.html

Padiya. 2012. Model Pembelajaran Kontekstual (Online). Tersedia: http://model-pembelajaran.blogspot.com/2008/08/model-pembelajaran-kontekstual.html



Hilda. 2012. Pembelajaran Tematik di Indonesia (Online). Tersedia: http://hildakarliuninus.blogspot.com/2012/01/pembelajaran-tematik-di-indonesia.html

.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar