SETAPAK
LANGKAH PASTI
Hari
ini rumput rumput membasahi butiran air mata hujan yang berjuang mati matian
meraih tanah yang tandus. Terjun bebas
dengan satu gaya inti menembus lapisan
lapisan yang tak terlihat olek kasat mata. Bening bening dan
begitu segar layaknya kesucian yang baru terlahir , dengan pasti mencari
akar akar yang merindukan sentuhan lembut. Hari ini bukan kala baru bagi
manusia untuk sibuk dengan satu target pasti, bahkan bisa lebih dari satu arah,
atau pula hanya terfokuskan dengan target yang tak ada ujungnya. Begitupun
dengan dita seorang gadis yang berumur 20 tahun seorang mahasiswi yang kuliah
di sebuah perguruan tinggi di kota yogyakarta. Dia memiliki begitu banyak
mimpi, tapi bukan sekedar mimpi, melainkan mimpi yang akan bahkan harus dia
wujudkan untuk membanggakan dan membahagiakan orang-orang yang dia cintai
terutama orang tuanya. Yang pasti, dita
punya mimpi punya potensi dan punya strategi untuk sukses.
Dita
seorang wanita yang berusia 20 tahun, dita
merupakan seorang mahasiswi
jurusan manajemen semester 5 di universitas
Mataram ( UNRAM ), sebuah universitas terkenal di Mataram . Selama kurang lebih 2 tahun dita menetap di kota ini, kota yang menjadi
pijakannya untuk menuntut ilmu, dan
mencari pengalaman , yang mengajarkannya untuk menjadi sosok wanita yang kuat
dan menjadi dewasa. Dan yang terpenting
di kota ini dita dipertemukan dengan
orang-orang yang begitu tulus mencintainya,menyayanginya. Berkat markas yang
dia namakan rumah kedua ( LDK ).
Yang bersedia mengalurkan tangannya dengan senyuman yang tulus.
Sebagai
seorang mahasiswi sekaligus aktivis hari-hari dita dipenuhi dengan kesibukan. Namun
hal tersebut semakin memompa semangat
dita untuk terus belajar. Pagi itu dikala embun membasahi dedaunan dan kicauan
burung berkicau membunyikan suara merdunya, dita duduk disamping taman kampus.
Setiap pagi sebelum kuliah, dita memang sering menghabiskan waktunya sendiri
ditemani oleh laptop yang menjadi temannya untuk menulis. jari-jari tangan
dita seolah menari dengan cepat mengetik
di atas huruf- huruf yang ada di keyboard. Dikala dia sedang asyik berimajinasi
lewat tulisannya datanglah seorang teman yg bernama eni menyapanya “
Assalamu’allaikum dita, kamu ngapain sendiri di sini? Ucap eni dengan ramah.”
Waalaikum salam, hanya duduk-duduk saja kok ni, sambil menunggu waktu kuliah
nanti jam 9” jawab dita. Eni pun mengeluarkan sebuah pamflet di tasnya dan
memberikannya kepada dita, sambil berkata” oh ya dita,, ini aku punya pamflet
lomba cerpen , kebetulan lomba itu di adakan oleh islam pos. Dan hadiahnya
lumayan loh,,dan 50 karya terbaik akan
dibukukan. Aku sengaja memberikan ini kepada kamu, karna aku tau kamu hoby
menulis” dita pun menjawab tawaran tersebut dengan senyum yang berbinar “ ohh
iya eni, terimakasih ya atas infonya,”. “ iya sama-sama’ jawab eni. Setelah iu
eni pun beranjak pergi meninggalkan dita. Kini mata dita tertuju pada pamflet
tersebut dia pun dengan teliti membaca isi dari pamflet itu, dan semangatnya
untuk menulis kembali terpacu dengan mengikuti lomba tersebut. Dan impiannya selama
ini pun akan terwujud, jika seandainya dita menang, dia bisa mempublikasikan
karya nya untuk di baca oleh semua orang. Batas terakhir perlombaan tinggal 3
hari lagi, dita semakin gencar untuk menyelesaikan tulisn cerpenya. Dia begitu
semangat uuntuk meraih bendera kesuksesan, baginya ini merupakan langkah awal
untuknya menjadi seorang penulis.
Seminggu
pun berlalu dita akhirnya menyelesaikan cerpen karyanya, dan dia pun sudah
mengumpulkannya pada pihak panitia. “ mbak, saya dita ingin mengikuti lomba
cepen yang di adakan oleh islam pos itu, ini cerpen saya” kata dita sambil
menunjukan hasil karyanya kepada panitia” “ oh iya mbak, apakah mbak dita membawa semua persyaratan dan uang pendaftran? Tanya salah satu panitia
tersebut dengan sopan” oh iya mbak saya membawanya” jawab dita dan setelah itu ia mengeluarakan
map yg ada ditasnya, dan uang sebesar Rp 50.000 dan memberikannya kepada panitia” “ trimaksih
mbak dita, untuk pengumuman pemenangnya akan kami umumkan lagi dalam waktu 2
minggu, nanti akan kami umumkan lewat email” jawab panitia tersebut dengan
sopan “ oh iya mbak terimaksih” jawab dita. Setelah itu dita pun beranjak pergi
dari tempat pendaftran tersebut, ia merasa lega karna sudah menyerahkan haisil
karyanya. Dita berharap semoga cerpennya diterima dan mendapatkan posisi yang
baik dihati para dewan juri yang menilai.
Dua
minggu merupakan penantian yg panjang bagi dita, namun dalam penantian tersebut
dita terus berdoa dan yakin kalau hasil tulisannya bisa menang. Dia sangat
optimis, dan walaupun seandainya nanti dia kalah dalam perlombaan tersebut.
Dita menganggapnya sebagai sebuah pembelajaran utnuk terus belajar dan terus menggali potensinya untuk menulis.
Namun ternyata kemenangan berpihak pada sosok gadis manis ini, tulisannya
ternyata mendapatkan juara pertama pada perlombaan bergensi tersebut. Matanya
seolah tidak mampu berkedip ketika melihat namanya menempati juara pertama pada
waktu dia membuka email, dan bibirnya tidak henti-hentinya mengucapkan
rasa syukur kepada-Nya karna Allah sudah memberikannya sebuah rezeki yang amat
besar. Ucapan selamat pun terus berdatangan dari teman-temannya di kampus.”
Selamat ya dita, karna sudah mendapatkan juara pertama, saya sudah membaca
cerpen mu, dan itu sangat bagus sekali” ucap salah seorang teman kelasnya. Karna menang dalam lomba tersebut karya dita
pun di publikasikan dan terpampang di setiap koran dan majalah. Lewat
karya-karya tersebut dita mulai dikenal sebagai seorang penulis muda yang
berbakat. Bahkan dita juga menerbitkan
novelnya yang pertama yang berjudul”
pertemukan aku dengannya di surga” . novel tersebut mendapatkan tempat
teristimewa bagi para pembacanya.
Ya
itulah dita seorang mahasiswa jurusan manajemen, tapi sangat suka dengan
menulis. Dulu saat dagunya tak kuat
seperti sekarang. Mereka mengenal dita sebagai pecundang kecil yang tak berani
memapangkan wajah di khalayak ramai, berjalan, atau pun berkata sepatah kata. Namun,
Hari hari, minggu minggu, dan bulan menuju bulan berikutnya. Dengan motivasi
yang cukup terpampang dan terpompa dalam denyut nadi bak insan yang mulai mengenal arti sosial.
Dita mulai berani, berani tampil
dihadapan umum, berani berargumentasi, berani melawan kepahitan untuk menemukan
manisnya persaudaraan dan kebenaran. Dan ini dita yang sekarang dengan sayap
yang cukup tinggi dengan suara yang masih menggambarkan dita adalah seorang
wanita tapi dita adalah pengubah dimasa
mendatang. Dita dengan suara tegasnya ,
masih bersabar dan mengikat diri dalam lingkaran suci ini , ya
pendidikan dan organisasi. Lingkaran yang membantu nya menemukan siapa dia dan apa potensinya. Lingkaran yang tetap
membimbingknya mengiris ketidaktahuan menjadi pengetahuan. Membuka matanya yang sibuk dengan satu poros
menuju seribu poros yang bahkan tak pernah berniat menatap kearahnya . dita
berbicara dia bergema bukan sekedar berbicara namun berarti perubahan, dia menulis bukan sekedar menghabiskan tinta atau
menggerakan pena. Tapi dia berjuang,
berjuang dengan kata lewat lisan dan coretan coretan yang mereka mungkin
menganggap ini tak berguna, tapi ini caranya.
Tahun menuju ketahun,
dita memiliki rencana yang telah siap di
lakukan. Semua sudah ada dalam sinopsis singkat yang dia buat. Ini bukan berarti melanggar apa yang
ditakdirkan tuhan. Tapi dita manusia
setidaknya dita punya hak untuk berjuang
meski hasilnya tergantung keputusan sang maha pemberi. 3 tahun lagi , dengan kerutinan di masa ini
dita dengan penuh keyakinan, dita bisa
menapaki sukes, menjadi trainer motivasi, dan penulis bak penyihir
pemikiran yang siap mengoreskan
tinta-tinta yang penuh makna, yang
bearti, dan menginsipirasi banyak orang, itu semua dia lakukan untuk mencapai kesuksesan sejati yang
bisa membuat orang-orang yang dita
cintai bangga.. Orang tua adalah motivasi utama dita untuk meraih mimpi-mimpi tersebut dan sukses.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar