Rabu, 31 Agustus 2016

ku kejar mimpiku, lewat tulisan...



SETAPAK LANGKAH PASTI

Hari ini rumput rumput membasahi butiran air mata hujan yang berjuang mati matian meraih tanah yang tandus.  Terjun bebas dengan satu  gaya inti menembus lapisan lapisan yang tak terlihat olek kasat mata. Bening bening  dan  begitu segar layaknya kesucian yang baru terlahir , dengan pasti mencari akar akar yang merindukan sentuhan lembut. Hari ini bukan kala baru bagi manusia untuk sibuk dengan satu target pasti, bahkan bisa lebih dari satu arah, atau pula hanya terfokuskan dengan target yang tak ada ujungnya. Begitupun dengan dita seorang gadis yang berumur 20 tahun seorang mahasiswi yang kuliah di sebuah perguruan tinggi di kota yogyakarta. Dia memiliki begitu banyak mimpi, tapi bukan sekedar mimpi, melainkan mimpi yang akan bahkan harus dia wujudkan untuk membanggakan dan membahagiakan orang-orang yang dia cintai terutama orang tuanya. Yang pasti, dita  punya mimpi punya potensi dan punya strategi untuk sukses.
Dita seorang wanita yang berusia 20 tahun, dita  merupakan seorang mahasiswi  jurusan manajemen  semester 5 di universitas Mataram ( UNRAM ), sebuah universitas terkenal di Mataram .  Selama kurang lebih 2 tahun dita  menetap di kota ini, kota yang menjadi pijakannya  untuk menuntut ilmu, dan mencari pengalaman , yang mengajarkannya untuk menjadi sosok wanita yang kuat dan menjadi dewasa.  Dan yang terpenting di kota ini dita dipertemukan dengan orang-orang  yang begitu tulus  mencintainya,menyayanginya. Berkat markas  yang  dia namakan rumah kedua ( LDK ).  Yang bersedia mengalurkan tangannya dengan senyuman yang tulus.
Sebagai seorang mahasiswi sekaligus aktivis hari-hari dita dipenuhi dengan kesibukan. Namun hal  tersebut semakin memompa semangat dita untuk terus belajar. Pagi itu dikala embun membasahi dedaunan dan kicauan burung berkicau membunyikan suara merdunya, dita duduk disamping taman kampus. Setiap pagi sebelum kuliah, dita memang sering menghabiskan waktunya sendiri ditemani oleh laptop yang menjadi temannya untuk menulis. jari-jari tangan dita  seolah menari dengan cepat mengetik di atas huruf- huruf yang ada di keyboard. Dikala dia sedang asyik berimajinasi lewat tulisannya datanglah seorang teman yg bernama eni menyapanya “ Assalamu’allaikum dita, kamu ngapain sendiri di sini? Ucap eni dengan ramah.” Waalaikum salam, hanya duduk-duduk saja kok ni, sambil menunggu waktu kuliah nanti jam 9” jawab dita. Eni pun mengeluarkan sebuah pamflet di tasnya dan memberikannya kepada dita, sambil berkata” oh ya dita,, ini aku punya pamflet lomba cerpen , kebetulan lomba itu di adakan oleh islam pos. Dan hadiahnya lumayan loh,,dan  50 karya terbaik akan dibukukan. Aku sengaja memberikan ini kepada kamu, karna aku tau kamu hoby menulis” dita pun menjawab tawaran tersebut dengan senyum yang berbinar “ ohh iya eni, terimakasih ya atas infonya,”. “ iya sama-sama’ jawab eni. Setelah iu eni pun beranjak pergi meninggalkan dita. Kini mata dita tertuju pada pamflet tersebut dia pun dengan teliti membaca isi dari pamflet itu, dan semangatnya untuk  menulis  kembali terpacu dengan  mengikuti lomba tersebut. Dan impiannya selama ini pun akan terwujud, jika seandainya dita menang, dia bisa mempublikasikan karya nya untuk di baca oleh semua orang. Batas terakhir perlombaan tinggal 3 hari lagi, dita semakin gencar untuk menyelesaikan tulisn cerpenya. Dia begitu semangat uuntuk meraih bendera kesuksesan, baginya ini merupakan langkah awal untuknya menjadi seorang penulis.
Seminggu pun berlalu dita akhirnya menyelesaikan cerpen karyanya, dan dia pun sudah mengumpulkannya pada pihak panitia. “ mbak, saya dita ingin mengikuti lomba cepen yang di adakan oleh islam pos itu, ini cerpen saya” kata dita sambil menunjukan hasil karyanya kepada panitia” “ oh iya mbak, apakah mbak  dita membawa semua persyaratan dan  uang pendaftran? Tanya salah satu panitia tersebut dengan sopan” oh iya mbak saya membawanya”  jawab dita dan setelah itu ia mengeluarakan map yg ada ditasnya, dan uang sebesar Rp 50.000  dan memberikannya kepada panitia” “ trimaksih mbak dita, untuk pengumuman pemenangnya akan kami umumkan lagi dalam waktu 2 minggu, nanti akan kami umumkan lewat email” jawab panitia tersebut dengan sopan “ oh iya mbak terimaksih” jawab dita. Setelah itu dita pun beranjak pergi dari tempat pendaftran tersebut, ia merasa lega karna sudah menyerahkan haisil karyanya. Dita berharap semoga cerpennya diterima dan mendapatkan posisi yang baik dihati para dewan juri yang menilai.
Dua minggu merupakan penantian yg panjang bagi dita, namun dalam penantian tersebut dita terus berdoa dan yakin kalau hasil tulisannya bisa menang. Dia sangat optimis, dan walaupun seandainya nanti dia kalah dalam perlombaan tersebut. Dita menganggapnya sebagai sebuah pembelajaran utnuk terus belajar dan  terus menggali potensinya untuk menulis. Namun ternyata kemenangan berpihak pada sosok gadis manis ini, tulisannya ternyata mendapatkan juara pertama pada perlombaan bergensi tersebut. Matanya seolah tidak mampu berkedip ketika melihat namanya menempati juara pertama pada waktu dia membuka email,  dan  bibirnya tidak henti-hentinya mengucapkan rasa syukur kepada-Nya karna Allah sudah memberikannya sebuah rezeki yang amat besar. Ucapan selamat pun terus berdatangan dari teman-temannya di kampus.” Selamat ya dita, karna sudah mendapatkan juara pertama, saya sudah membaca cerpen mu, dan itu sangat bagus sekali” ucap salah seorang teman kelasnya.  Karna menang dalam lomba tersebut karya dita pun di publikasikan dan terpampang di setiap koran dan majalah. Lewat karya-karya tersebut dita mulai dikenal sebagai seorang penulis muda yang berbakat. Bahkan dita juga  menerbitkan novelnya yang pertama yang berjudul”  pertemukan aku dengannya di surga” . novel tersebut mendapatkan tempat teristimewa bagi para pembacanya.
Ya itulah dita seorang mahasiswa jurusan manajemen, tapi sangat suka dengan menulis. Dulu saat dagunya  tak kuat seperti sekarang. Mereka mengenal dita sebagai pecundang kecil yang tak berani memapangkan wajah di khalayak ramai, berjalan, atau pun berkata sepatah kata. Namun, Hari hari, minggu minggu, dan bulan menuju bulan berikutnya. Dengan motivasi yang cukup terpampang dan terpompa dalam denyut nadi  bak insan yang mulai mengenal arti sosial. Dita  mulai berani, berani tampil dihadapan umum, berani berargumentasi, berani melawan kepahitan untuk menemukan manisnya persaudaraan dan kebenaran. Dan ini dita yang sekarang dengan sayap yang cukup tinggi dengan suara yang masih menggambarkan dita adalah seorang wanita tapi dita  adalah pengubah dimasa mendatang. Dita dengan suara tegasnya ,  masih bersabar dan mengikat diri dalam lingkaran suci ini , ya pendidikan dan organisasi. Lingkaran yang membantu nya menemukan siapa dia  dan apa potensinya. Lingkaran yang tetap membimbingknya mengiris ketidaktahuan menjadi pengetahuan.  Membuka  matanya yang sibuk dengan satu poros menuju seribu poros yang bahkan tak pernah berniat menatap kearahnya . dita berbicara dia bergema bukan sekedar berbicara namun berarti perubahan, dia  menulis bukan sekedar menghabiskan tinta atau menggerakan pena. Tapi dia  berjuang, berjuang dengan kata lewat lisan dan coretan coretan yang mereka mungkin menganggap ini tak berguna, tapi ini caranya.
Tahun menuju ketahun, dita  memiliki rencana yang telah siap di lakukan. Semua sudah ada dalam sinopsis singkat yang dia  buat. Ini bukan berarti melanggar apa yang ditakdirkan tuhan. Tapi dita  manusia setidaknya dita  punya hak untuk berjuang meski hasilnya tergantung keputusan sang maha pemberi.  3 tahun lagi , dengan kerutinan di masa ini dita  dengan penuh keyakinan, dita  bisa  menapaki sukes, menjadi trainer motivasi, dan penulis bak penyihir pemikiran  yang siap mengoreskan tinta-tinta yang penuh  makna, yang bearti, dan menginsipirasi banyak orang, itu semua dia  lakukan untuk mencapai kesuksesan sejati yang bisa membuat orang-orang yang dita  cintai bangga.. Orang tua adalah motivasi utama dita  untuk meraih mimpi-mimpi tersebut dan sukses.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar