Rabu, 31 Agustus 2016

Apresiasi puisi, analisis puisi "doa serdadu sebelum berperang" karya W.S Rendra



DOA SEORANG SERDADU SEBELUM BERPERANG
Karya W.S. Rendra

Tuhanku,
WajahMu membayang di kota terbakar
dan firmanMu terguris di atas ribuan
kuburan yang dangkal

Anak menangis kehilangan bapa
Tanah sepi kehilangan lelakinya
Bukannya benih yang disebar di bumi subur ini
tapi bangkai dan wajah mati yang sia-sia

Apabila malam turun nanti
sempurnalah sudah warna dosa
dan mesiu kembali lagi bicara
Waktu itu, Tuhanku,
perkenankan aku membunuh
perkenankan aku menusukkan sangkurku

Malam dan wajahku
adalah satu warna
Dosa dan nafasku
hklladalah satu udara.
Tak ada lagi pilihan
kecuali menyadari
-biarpun bersama penyesalan-

Apa yang bisa diucapkan
oleh bibirku yang terjajah?
Sementara kulihat kedua lenganMu yang capai
mendekap bumi yang mengkhianatiMu
Tuhanku
Erat-erat kugenggam senapanku
Perkenankan aku membunuh
Perkenankan aku menusukkan sangkurku


ANALISIS PUISI “DOA SEORANG SERDADU SEBELUM BERPERANG”
karya W. S. Rendra
a)      Analisis Unsur Intrinsik

1.      Judul
Doa seorang serdadu sebelum berperang merupakan arti dari doa seorang prajurit yaitu di tandai dengan lirik serdadu sebelum berperang. Dari judul tersebut kita bisa mengetahui persoalan yang hendak di ungkapkan oleh penyair. Persoalannya tersebut yaitu mengenai keinginannya untuk berperang dan membunuh lawannya, tetapi juga berperang melawan batinnya sendiri. Melawan dan membunuh musuh memang harus ia lakukan akan tetapi rasa penyesalan dan ketakutan juga mengiring langkahnya. Sehingga ia berdoa memohon ampun kepada tuhan sebelum ia pergi berperang.
2.      Diksi        
       Diksi merupakan pemilihan kata yang digunakan penyair untuk mencari kata yang tepat dan sesuai dengan bentuk puisi dan tema yang dikandungnya, sehingga menghasilkan jiwa penyair secara tepat, setidak-tidaknya mendekati kebenaran. Dalam puisi tersebut, penyair banyak menggunakan kata-kata lembut. Hal demikian dikarenakan puisi di atas menggambarkan seseorang yang menyesal dan meminta pengampunan dari Tuhan. Sehingga layaknya berdoa sebenarnya, penyair memilih kata-kata yang penuh haru, sangat menyesal, dan bersungguh-sungguh memohon ampun.
Penggunaan kata kau dan aku yang dominan dalam larik puisi di atas menunjukan bahwa pengarang secara lugas merujuk kepada dirinya sendiri dan kepada tuhan, yang di mana dirinya di gambarkan sebagai seorang prajurit yang akan berperang melawan musuhnya,. Melawan musuh dengan membunuh merupakan hal yang harus ia lakukan, tetapi rasa ketakutan selalu mengiringi langkahnya, sehingga sebelum ia berperang ia berdoa kepada  tuhan untuk mengampuni dirinya yang berlumuran dosa.  Penggunaan kata aku sebagai saksi, menunjukan bahwa persoalan yang dikemukakan dalam puisi tersebut merupakan cerita bukan dongeng, yaitu keadaan batin yang sebenarnya di rasakan oleh si lirik aku.
3.      Imaji
Imaji visual dan imaji auditif dipadu dengan sangat harmonis menimbulkan rasa “ miris “ di hati pembaca. Coba kita perhatikan kutipan berikut:
Anak menangis kehilangan bapa
Tanah sepi kehilangan lelakinya
Bukannya benih yang disebar di bumi subur ini
tapi bangkai dan wajah mati yang sia-sia

     pada larik anak menangis kehilangan bapa pembaca seolah mendengar suara yang sangat menyedihkan, yaitu seorang anak yang menangis karena kehilangan bapaknya. Dan pembaca juga seolah dihadapkan pada imaji visual karna melihat anak yang menangis kehilangan bapaknya tersebut. Sehingga tidak hanya anak yang kehilangan bapaknya tersebut, tetapi istri juga kehilangan suaminya ini di tandai dengan larik tanah sepi kehilangan lelakinya . sehingga di katakan bukannya kedamain yang harusnya di rasakan di bumi yang subur ini tetapi bangkai orang yang meninggal sia-sia.

4.      Gaya Bahasa atau Majas
Gaya bahasa adalah suatu alat untuk melukiskan, menggambarkan, menegaskan inspirasi atau ide dalam bentuk bahasa dengan gaya yang memesona (Jalil, 1985: 31) Gaya bahasa yang digunakan dalam puisi Doa Seorang Serdadu sebelum Berperang karya WS Rendra adalah sebagai berikut.
a.   Hiperbola
Yaitu suatu pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut  menjadi tidak masuk akal. Hiperbola digunakan pengarang untuk mempertinggi nilai kata atau mempertinggi nilai-nilai dari bahasa itu sendiri. Majas hiperbola pada puisi Doa Seorang Serdadu Sebelum Berperang karya WS Rendra terdapat pada baris-baris berikut:
Tuhanku,
WajahMu membayang di kota terbakar
dan firmanMu terguris di atas ribuan
kuburan yang dangkal

Anak menangis kehilangan bapa
Tanah sepi kehilangan lelakinya
Bukannya benih yang disebar di bumi subur ini
tapi bangkai dan wajah mati yang sia-sia.
b.      Metafora
Yaitu gaya bahasa yang membandingkan suatu benda dengan benda lain karena mempunyai sifat yang sama atau hampir sama. Baris yang menggunakan majas metafora pada puisi tersebut antara lain:
Malam dan wajahku
adalah satu warna
Dosa dan nafasku
adalah satu udara
Penyair mengibaratkan malam dan wajah memiliki sifat yang sama yaitu berwarna gelap. Sementara dosa dan nafas juga dianggap sama. Dosa dilakukan pada saat ia bernapas di satu tempat yang memiliki udara yang sama karena pada dasarnya bumi adalah tempat luas dengan udara yang menyatu.
Sementara kulihat kedua lenganMu yang capai
mendekap bumi yang mengkhianatiMu
Pada baris tersebut mengibaratkan Tuhan seolah-olah memiliki sifat sama seperti manusia yaitu dapat mendekap sesuatu dengan lengannya. Sementara kita tidak tahu bagaimana wujud Tuhan sebenarnya. Karena yang sebenarnya Tuhan memiliki caranya sendiri untuk melakukan sesuatu. Penyair juga menggambarkan bumi seolah-olah manusia yang dapat mengkhianati orang lain.
c.        Personifikasi
Yaitu majas kiasan yang menggambarkan benda-benda mati seolah memiliki sifat-sifat kemanusiaan. Personifikasi pada puisi di atas adalah sebagai berikut.
Apabila malam turun nanti
sempurnalah sudah warna dosa
dan mesiu kembali lagi berbicara
Pada kata-kata dan mesin kembali lagi bicara, mesin yang merupakan benda mati digambarkan dapat berbicara layaknya manusia atau benda hidup.
5.      Rima dan Irama
 Pada bait pertama terdapat rima tak sempurna, bersajak a-b-b-b
Tuhanku, (a)
WajahMu membayang di kota terbakar (b)
dan firmanMu terguris di atas ribuan (b)
kuburan yang dangkal (b)
Pada bait kedua terdapat rima tak sempurna, bersajak a-a-b-a
Anak menangis kehilangan bapa (a)
Tanah sepi kehilangan lelakinya (a)
Bukannya benih yang disebar di bumi subur ini (b)
tapi bangkai dan wajah mati yang sia-sia (a)
Pada bait ketiga terdapat rima tak sempurna pada baris satu sampai tiga, sedangkan pada baris empat hingga enam menggunakan rima rata dan sempurna, bersajak a-b-b-c-c-c
Apabila malam turun nanti (a)
sempurnalah sudah warna dosa (b)
dan mesiu kembali lagi bicara (b)
Waktu itu, Tuhanku, (c)
perkenankan aku membunuh (c)
perkenankan aku menusukkan sangkurku (c)
  Pada bait keempat terdapat rima bersilang pada baris kesatu hingga keempat, sedangkan pada baris kelima hingga ketujuh menggunakan rima berpeluk, bersajak a-b-a-b c-d-c
Malam dan wajahku (a)
adalah satu warna (b)
Dosa dan nafasku (a)
adalah satu udara. (b)
Tak ada lagi pilihan (c)
kecuali menyadari (d)
-biarpun bersama penyesalan- (c)
   Pada bait kelima terdapat rima bebas pada baris kesatu hingga keempat, sedangkan pada baris kelima hingga kedelapan menggunakan rima rata, bersajak a-a-b-c-c-c-c-c
Apa yang bisa diucapkan (a)
oleh bibirku yang terjajah ?(a)
Sementara kulihat kedua lengaMu yang capai (b)
mendekap bumi yang mengkhianatiMu (c)
Tuhanku (c)
Erat-erat kugenggam senapanku (c)
Perkenankan aku membunuh (c)
Perkenankan aku menusukkan sangkurku (c)
Rima yang digunakan dalam puisi tersebut cenderung menggunakan rima tak sempurna atau bebas. Hal itu dipengaruhi karena puisi Doa Seorang Serdadu Sebelum Berperang merupakan puisi bebas yang cenderung sudah meninggalkan aturan puisi lama yang begitu mementingkan jumlah baris dalam bait serta rimanya.
Û    Irama
Pada puisi di atas, bunyi puisi juga sangat ditonjolkan. Puisinya memiliki bunyi kakofoni, yaitu bunyi yang tidak merdu dan cenderung parau.
Puisi tersebut akan bagus jika dibaca dalam tempo lambat dan suara yang agak rendah.
·         Bait pertama dibacakan dengan lembut
·         Bait kedua dibacakan dengan lembut lalu agak lebih keras menuju baris terakhir
·         Bait ketiga dibaca sama dengan bait kedua
·         Bait keempat dibaca dengan suara lembut dan khusyuk
·         Bait keempat dibaca dengan lembut pada awal bait dan lebih keras pada akhir bait

6.      Tema
     Tema puisi berjudul Doa Seorang Serdadu Sebelum Berperang tersebut adalah mengenai perjuangan seorang prajurit atau serdadu.
Puisi tersebut menceritakan bahwa seorang prajurit tidak hanya berperang melawan musuhnya, tetapi juga berperang melawan batinnya sendiri. Melawan musuh dengan membunuh merupakan hal yang harus ia lakukan, tetapi rasa penyesalan dan ketakutan juga selalu mengiringi langkahnya. Lalu sebelum berperang ia berdoa kepada Tuhan dengan harapan Tuhan mengampuninya meskipun ia berlumuran dosa.


b)     Unsur Ekstrinsik Puisi
1.      Aspek historis
Salah satu puisinya yang menggambarkan realitas sosial adalah puisi yang berjudul Doa  Seorang Serdadu sebelum Berperang tersebut. Dibuat pada tahun 60an yang pada saat itu Indonesia masih bergejolak, Rendra ingin mengungkapkan bagaimana perjuangan yang dilakukan oles seorang serdadu dalam mengemban tugasnya.
Dalam Puisi Doa Seorang Serdadu Sebelum Berperang,  Rendra menggambarkan permohonan ijin seorang serdadu kepada Tuhan Yang Maha Esa, untuk membunuh penjajah di medan peperangan demi mewujudkan kemerdekaan, karena ia tak tega melihat betapa tragisnya nasib orang-orang yang berperang, seperti terlihat di baris kelima, enam, tujuh, dan delapan:
Anak menangis kehilangan bapa/ tanah sepi kehilangan lelakinya/ bukannya benih yang disebar di bumi subur ini/ tapi bangkai dan wajah mati yang sia-sia.
Berbagai peristiwa saat sebelum maupun setelah proklamasi kemerdekaan melatarbelakangi Rendra menulis karyanya tersebut. Fokusnya adalah mengenai prajurit yang berjuang dengan sangat pemberani meskipun di dalam batinnya juga merasa takut. Rendra membayangkan dirinya sebagai seorang prajurit yang akan berperang lalu mengalami kesedihan ketika harus menyaksikan banyak penderitaan dan kematian di sekitarnya.
2.      Aspek psikologis
          Kaitan sastra dengan aspek psikologis sangat erat sekali, karena sastra berkaitan  dengan jiwa manusia. Pada saat melahirkan imajinasinya, pengarang kadang kala memasukan pengetahuan tentang psikologi tertentu sehingga karyanya memuat aspek psikologis. Aspek psikologis yang terdapat pada puisi tersebut yaitu perasaan sedih yang di alami oleh prajurit yang harus berperang membunuh lawannya dan melawan batinnya sendiri. Dan perasaan sedih yang, mengenai penderitaan masyarakat akibat suatu perang, seperti digambarkan dalam bait berikut.
Anak menangis kehilangan bapa
Tanah sepi kehilangan lelakinya
Bukannya benih yang disebar di bumi subur ini
tapi bangkai dan wajah mati yang sia-sia



c)      Tinjauan Dari Sudut  Literasi  Kritis
1.      Hasil analisis
Dari unsur instrinsik dan ekstrinsik, secara jelas kita bisa melihat ide-ide yang secara lantang menyuarakan jerit kesedihan dan pengampunan . berdasarkan judulnya kita bias menebak persoalan yang di kemukakan oleh penyair. Persoalan itu tidak jauh dari kesedihan, dan pengampunan seorang prajurit kepda tuhan atas dosanya, yang di mana ia menganggap dosanya itu yaitu ketika ia membunuh para musuhnya di medan perang.  
Penggunaan kata kau dan aku yang dominan dalam larik puisi di atas menunjukan bahwa pengarang secara lugas merujuk kepada dirinya sendiri dan kepada tuhan, yang di mana dirinya di gambarkan sebagai seorang prajurit yang akan berperang melawan musuhnya,. Melawan musuh dengan membunuh merupakan hal yang harus ia lakukan, tetapi rasa ketakutan selalu mengiringi langkahnya, sehingga sebelum ia berperang ia berdoa kepada  tuhan untuk mengampuni dirinya yang berlumuran dosa.  Penggunaan kata aku sebagai saksi, menunjukan bahwa persoalan yang dikemukakan dalam puisi tersebut merupakan cerita bukan dongeng, yaitu keadaan batin yang sebenarnya di rasakan oleh si lirik aku.
2.      kesimpulan
    kesimpulan dari puisi di atas yaitu  menceritakan bahwa seorang prajurit tidak hanya berperang melawan musuhnya, tetapi juga berperang melawan batinnya sendiri. Melawan musuh dengan membunuh merupakan hal yang harus ia lakukan, tetapi rasa penyesalan dan ketakutan juga selalu mengiringi langkahnya. Lalu sebelum berperang ia berdoa kepada Tuhan dengan harapan Tuhan mengampuninya meskipun ia berlumuran dosa.
3.      Eksploitasi
        Eksploitasi ini bermakna dengan penggunaan puisi yang dimiliki untuk menindas orang lain. Dalam puisi ini kita bias melihat ketika terjadi peperangan banyak hal-hal yang menyedihkan yang di alami salah satunya yaitu anak yang menangis kehilangan bapaknya dan istri yang kehilangan suaminya seta banyak nya orang-orang yang meninggal.
4.      Ketidakberdayaan
        Ketidakberdayaan ini lebih di sebabkan oleh situasi. Situai yang membuat lirik aku berperang untuk melawan dan membunuh lawannya. Sehingga rasa penyesalan dan ketakutan juga selalu mengiringi langkahnya. Sehingga sebelum berperang ia berdoa kepada tuhan untuk mengikutinya karna dirinya berlumuran dosa.

1 komentar:

  1. Terima kasih sudah membuat penilitian tentang puisi ini.. Hal ini sangat bermanfaat bagi saya 😊👍

    BalasHapus