DOA SEORANG SERDADU SEBELUM
BERPERANG
Karya W.S. Rendra
Tuhanku,
WajahMu membayang di kota terbakar
dan firmanMu terguris di atas ribuan
kuburan yang dangkal
Anak menangis kehilangan bapa
Tanah sepi kehilangan lelakinya
Bukannya benih yang disebar di bumi
subur ini
tapi bangkai dan wajah mati yang
sia-sia
Apabila malam turun nanti
sempurnalah sudah warna dosa
dan mesiu kembali lagi bicara
Waktu itu, Tuhanku,
perkenankan aku membunuh
perkenankan aku menusukkan sangkurku
Malam dan wajahku
adalah satu warna
Dosa dan nafasku
hklladalah satu udara.
Tak ada lagi pilihan
kecuali menyadari
-biarpun bersama penyesalan-
Apa yang bisa diucapkan
oleh bibirku yang terjajah?
Sementara kulihat kedua lenganMu
yang capai
mendekap bumi yang mengkhianatiMu
Tuhanku
Erat-erat kugenggam senapanku
Perkenankan aku membunuh
Perkenankan aku menusukkan sangkurku
ANALISIS PUISI “DOA SEORANG SERDADU
SEBELUM BERPERANG”
karya W. S. Rendra
a)
Analisis Unsur Intrinsik
1. Judul
Doa
seorang serdadu sebelum berperang merupakan arti dari doa seorang prajurit
yaitu di tandai dengan lirik serdadu sebelum berperang. Dari judul tersebut
kita bisa mengetahui persoalan yang hendak di ungkapkan oleh penyair.
Persoalannya tersebut yaitu mengenai keinginannya untuk berperang dan membunuh
lawannya, tetapi juga berperang melawan batinnya sendiri. Melawan dan membunuh
musuh memang harus ia lakukan akan tetapi rasa penyesalan dan ketakutan juga
mengiring langkahnya. Sehingga ia berdoa memohon ampun kepada tuhan sebelum ia
pergi berperang.
2. Diksi
Diksi merupakan
pemilihan kata yang digunakan penyair untuk mencari kata yang tepat dan sesuai
dengan bentuk puisi dan tema yang dikandungnya, sehingga menghasilkan jiwa
penyair secara tepat, setidak-tidaknya mendekati kebenaran. Dalam puisi
tersebut, penyair banyak menggunakan kata-kata lembut. Hal demikian dikarenakan
puisi di atas menggambarkan seseorang yang menyesal dan meminta pengampunan
dari Tuhan. Sehingga layaknya berdoa sebenarnya, penyair memilih kata-kata yang
penuh haru, sangat menyesal, dan bersungguh-sungguh memohon ampun.
Penggunaan kata kau dan aku yang dominan dalam larik puisi
di atas menunjukan bahwa pengarang secara lugas merujuk kepada dirinya sendiri
dan kepada tuhan, yang di mana dirinya di gambarkan sebagai seorang prajurit
yang akan berperang melawan musuhnya,. Melawan musuh dengan membunuh merupakan
hal yang harus ia lakukan, tetapi rasa ketakutan selalu mengiringi langkahnya,
sehingga sebelum ia berperang ia berdoa kepada
tuhan untuk mengampuni dirinya yang berlumuran dosa. Penggunaan kata aku sebagai saksi, menunjukan
bahwa persoalan yang dikemukakan dalam puisi tersebut merupakan cerita bukan
dongeng, yaitu keadaan batin yang sebenarnya di rasakan oleh si lirik aku.
3. Imaji
Imaji
visual dan imaji auditif dipadu dengan sangat harmonis menimbulkan rasa “ miris
“ di hati pembaca. Coba kita perhatikan kutipan berikut:
Anak menangis kehilangan bapa
Tanah sepi kehilangan lelakinya
Bukannya benih yang disebar di bumi
subur ini
tapi bangkai dan wajah mati yang
sia-sia
pada larik anak menangis kehilangan bapa pembaca
seolah mendengar suara yang sangat menyedihkan, yaitu seorang anak yang
menangis karena kehilangan bapaknya. Dan pembaca juga seolah dihadapkan pada
imaji visual karna melihat anak yang menangis kehilangan bapaknya tersebut.
Sehingga tidak hanya anak yang kehilangan bapaknya tersebut, tetapi istri juga
kehilangan suaminya ini di tandai dengan larik tanah sepi kehilangan lelakinya . sehingga di katakan bukannya
kedamain yang harusnya di rasakan di bumi yang subur ini tetapi bangkai orang
yang meninggal sia-sia.
4. Gaya Bahasa atau Majas
Gaya
bahasa adalah suatu alat untuk melukiskan, menggambarkan, menegaskan inspirasi
atau ide dalam bentuk bahasa dengan gaya yang memesona (Jalil, 1985: 31) Gaya
bahasa yang digunakan dalam puisi Doa Seorang Serdadu sebelum Berperang karya
WS Rendra adalah sebagai berikut.
a. Hiperbola
Yaitu
suatu pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi tidak masuk akal. Hiperbola digunakan
pengarang untuk mempertinggi nilai kata atau mempertinggi nilai-nilai dari
bahasa itu sendiri. Majas hiperbola pada puisi Doa Seorang Serdadu Sebelum Berperang karya WS Rendra terdapat pada
baris-baris berikut:
Tuhanku,
WajahMu membayang di kota terbakar
dan firmanMu terguris di atas ribuan
kuburan yang dangkal
Anak menangis kehilangan bapa
Tanah sepi kehilangan lelakinya
Bukannya benih yang disebar di bumi
subur ini
tapi bangkai dan wajah mati yang
sia-sia.
b. Metafora
Yaitu
gaya bahasa yang membandingkan suatu benda dengan benda lain karena mempunyai
sifat yang sama atau hampir sama. Baris yang menggunakan majas metafora pada
puisi tersebut antara lain:
Malam dan wajahku
adalah satu warna
Dosa dan nafasku
adalah satu udara
Penyair mengibaratkan malam dan wajah memiliki sifat yang
sama yaitu berwarna gelap. Sementara dosa dan nafas juga dianggap sama. Dosa
dilakukan pada saat ia bernapas di satu tempat yang memiliki udara yang sama
karena pada dasarnya bumi adalah tempat luas dengan udara yang menyatu.
Sementara kulihat kedua lenganMu
yang capai
mendekap bumi yang mengkhianatiMu
Pada baris tersebut mengibaratkan Tuhan seolah-olah memiliki
sifat sama seperti manusia yaitu dapat mendekap sesuatu dengan lengannya.
Sementara kita tidak tahu bagaimana wujud Tuhan sebenarnya. Karena yang
sebenarnya Tuhan memiliki caranya sendiri untuk melakukan sesuatu. Penyair juga
menggambarkan bumi seolah-olah manusia yang dapat mengkhianati orang lain.
c. Personifikasi
Yaitu
majas kiasan yang menggambarkan benda-benda mati seolah memiliki sifat-sifat
kemanusiaan. Personifikasi pada puisi di atas adalah sebagai berikut.
Apabila malam turun nanti
sempurnalah sudah warna dosa
dan mesiu kembali lagi berbicara
Pada kata-kata dan
mesin kembali lagi bicara, mesin yang merupakan benda mati digambarkan
dapat berbicara layaknya manusia atau benda hidup.
5. Rima dan Irama
Pada bait pertama
terdapat rima tak sempurna, bersajak a-b-b-b
Tuhanku, (a)
WajahMu membayang di kota terbakar
(b)
dan firmanMu terguris di atas ribuan
(b)
kuburan yang dangkal (b)
Pada bait kedua terdapat rima tak sempurna, bersajak a-a-b-a
Anak menangis kehilangan bapa (a)
Tanah sepi kehilangan lelakinya (a)
Bukannya benih yang disebar di bumi
subur ini (b)
tapi bangkai dan wajah mati yang
sia-sia (a)
Pada bait ketiga terdapat rima tak
sempurna pada baris satu sampai tiga, sedangkan pada baris empat hingga enam
menggunakan rima rata dan sempurna, bersajak a-b-b-c-c-c
Apabila malam turun nanti (a)
sempurnalah sudah warna dosa (b)
dan mesiu kembali lagi bicara (b)
Waktu itu, Tuhanku, (c)
perkenankan aku membunuh (c)
perkenankan aku menusukkan sangkurku
(c)
Pada bait keempat terdapat rima
bersilang pada baris kesatu hingga keempat, sedangkan pada baris kelima hingga
ketujuh menggunakan rima berpeluk, bersajak a-b-a-b c-d-c
Malam dan wajahku (a)
adalah satu warna (b)
Dosa dan nafasku (a)
adalah satu udara. (b)
Tak ada lagi pilihan (c)
kecuali menyadari (d)
-biarpun bersama penyesalan- (c)
Pada bait
kelima terdapat rima bebas pada baris kesatu hingga keempat, sedangkan pada
baris kelima hingga kedelapan menggunakan rima rata, bersajak a-a-b-c-c-c-c-c
Apa yang bisa diucapkan (a)
oleh bibirku yang terjajah ?(a)
Sementara kulihat kedua lengaMu yang
capai (b)
mendekap bumi yang mengkhianatiMu
(c)
Tuhanku (c)
Erat-erat kugenggam senapanku (c)
Perkenankan aku membunuh (c)
Perkenankan aku menusukkan sangkurku
(c)
Rima yang digunakan dalam puisi tersebut cenderung
menggunakan rima tak sempurna atau bebas. Hal itu dipengaruhi karena puisi Doa Seorang
Serdadu Sebelum Berperang merupakan puisi bebas yang cenderung sudah
meninggalkan aturan puisi lama yang begitu mementingkan jumlah baris dalam bait
serta rimanya.
Û
Irama
Pada puisi di atas, bunyi puisi juga sangat ditonjolkan.
Puisinya memiliki bunyi kakofoni, yaitu bunyi yang tidak merdu dan cenderung
parau.
Puisi
tersebut akan bagus jika dibaca dalam tempo lambat dan suara yang agak rendah.
·
Bait pertama dibacakan dengan lembut
·
Bait kedua dibacakan dengan lembut lalu agak lebih keras
menuju baris terakhir
·
Bait ketiga dibaca sama dengan bait kedua
·
Bait keempat dibaca dengan suara lembut dan khusyuk
·
Bait keempat dibaca dengan lembut pada awal bait dan lebih
keras pada akhir bait
6. Tema
Tema puisi berjudul Doa Seorang Serdadu Sebelum Berperang tersebut adalah mengenai
perjuangan seorang prajurit atau serdadu.
Puisi
tersebut menceritakan bahwa seorang prajurit tidak hanya berperang melawan
musuhnya, tetapi juga berperang melawan batinnya sendiri. Melawan musuh dengan
membunuh merupakan hal yang harus ia lakukan, tetapi rasa penyesalan dan
ketakutan juga selalu mengiringi langkahnya. Lalu sebelum berperang ia berdoa
kepada Tuhan dengan harapan Tuhan mengampuninya meskipun ia berlumuran dosa.
b)
Unsur Ekstrinsik Puisi
1. Aspek historis
Salah
satu puisinya yang menggambarkan realitas sosial adalah puisi yang berjudul
Doa Seorang Serdadu sebelum Berperang tersebut.
Dibuat pada tahun 60an yang pada saat itu Indonesia masih bergejolak, Rendra
ingin mengungkapkan bagaimana perjuangan yang dilakukan oles seorang serdadu
dalam mengemban tugasnya.
Dalam
Puisi Doa Seorang Serdadu Sebelum
Berperang, Rendra menggambarkan
permohonan ijin seorang serdadu kepada Tuhan Yang Maha Esa, untuk membunuh
penjajah di medan peperangan demi mewujudkan kemerdekaan, karena ia tak tega
melihat betapa tragisnya nasib orang-orang yang berperang, seperti terlihat di
baris kelima, enam, tujuh, dan delapan:
Anak
menangis kehilangan bapa/ tanah sepi kehilangan lelakinya/ bukannya benih yang
disebar di bumi subur ini/ tapi bangkai dan wajah mati yang sia-sia.
Berbagai
peristiwa saat sebelum maupun setelah proklamasi kemerdekaan melatarbelakangi
Rendra menulis karyanya tersebut. Fokusnya adalah mengenai prajurit yang
berjuang dengan sangat pemberani meskipun di dalam batinnya juga merasa takut.
Rendra membayangkan dirinya sebagai seorang prajurit yang akan berperang lalu
mengalami kesedihan ketika harus menyaksikan banyak penderitaan dan kematian di
sekitarnya.
2. Aspek psikologis
Kaitan sastra dengan aspek psikologis
sangat erat sekali, karena sastra berkaitan
dengan jiwa manusia. Pada saat melahirkan imajinasinya, pengarang kadang
kala memasukan pengetahuan tentang psikologi tertentu sehingga karyanya memuat
aspek psikologis. Aspek psikologis yang terdapat pada puisi tersebut yaitu
perasaan sedih yang di alami oleh prajurit yang harus berperang membunuh
lawannya dan melawan batinnya sendiri. Dan perasaan sedih yang, mengenai
penderitaan masyarakat akibat suatu perang, seperti digambarkan dalam bait
berikut.
Anak
menangis kehilangan bapa
Tanah sepi kehilangan lelakinya
Bukannya benih yang disebar di bumi
subur ini
tapi bangkai dan wajah mati yang
sia-sia
c)
Tinjauan Dari Sudut Literasi
Kritis
1. Hasil analisis
Dari
unsur instrinsik dan ekstrinsik, secara jelas kita bisa melihat ide-ide yang
secara lantang menyuarakan jerit kesedihan dan pengampunan . berdasarkan
judulnya kita bias menebak persoalan yang di kemukakan oleh penyair. Persoalan
itu tidak jauh dari kesedihan, dan pengampunan seorang prajurit kepda tuhan
atas dosanya, yang di mana ia menganggap dosanya itu yaitu ketika ia membunuh
para musuhnya di medan perang.
Penggunaan
kata kau dan aku yang dominan dalam larik puisi di atas menunjukan bahwa
pengarang secara lugas merujuk kepada dirinya sendiri dan kepada tuhan, yang di
mana dirinya di gambarkan sebagai seorang prajurit yang akan berperang melawan
musuhnya,. Melawan musuh dengan membunuh merupakan hal yang harus ia lakukan,
tetapi rasa ketakutan selalu mengiringi langkahnya, sehingga sebelum ia
berperang ia berdoa kepada tuhan untuk
mengampuni dirinya yang berlumuran dosa.
Penggunaan kata aku sebagai saksi, menunjukan bahwa persoalan yang
dikemukakan dalam puisi tersebut merupakan cerita bukan dongeng, yaitu keadaan
batin yang sebenarnya di rasakan oleh si lirik aku.
2. kesimpulan
kesimpulan dari
puisi di atas yaitu menceritakan bahwa
seorang prajurit tidak hanya berperang melawan musuhnya, tetapi juga berperang
melawan batinnya sendiri. Melawan musuh dengan membunuh merupakan hal yang
harus ia lakukan, tetapi rasa penyesalan dan ketakutan juga selalu mengiringi
langkahnya. Lalu sebelum berperang ia berdoa kepada Tuhan dengan harapan Tuhan
mengampuninya meskipun ia berlumuran dosa.
3.
Eksploitasi
Eksploitasi ini bermakna
dengan penggunaan puisi yang dimiliki untuk menindas orang lain. Dalam puisi
ini kita bias melihat ketika terjadi peperangan banyak hal-hal yang menyedihkan
yang di alami salah satunya yaitu anak yang menangis kehilangan bapaknya dan
istri yang kehilangan suaminya seta banyak nya orang-orang yang meninggal.
4.
Ketidakberdayaan
Ketidakberdayaan ini lebih di sebabkan
oleh situasi. Situai yang membuat lirik aku berperang untuk melawan dan
membunuh lawannya. Sehingga rasa penyesalan dan ketakutan juga selalu
mengiringi langkahnya. Sehingga sebelum berperang ia berdoa kepada tuhan untuk
mengikutinya karna dirinya berlumuran dosa.
Terima kasih sudah membuat penilitian tentang puisi ini.. Hal ini sangat bermanfaat bagi saya 😊👍
BalasHapus